Kisah Nenek Martun Pencari Sayuran Hebohkan Tanah Bumbu - BIDIK KALSEL

  • Membidik ke Segala Arah

    ©Bidik Kalsel

    Website Ini Telah Dilihat 12,97 Juta Kali

    Senin, 25 Juli 2016

    Kisah Nenek Martun Pencari Sayuran Hebohkan Tanah Bumbu

    Tanah Bumbu –
    Munculnya berita tentang kehidupan Nenek Martun (68) yang dikabarkan sangat memprihatinkan di media massa Banjarmasin Post Online edisi 22 Juli 2016, memunculkan reaksi keras dari Pemerintah setempat, karena cenderung tidak sesuai dengan kondisi  sebenarnya.

    "Berita itu tidak benar, karena warga yang bersangkutan sebenarnya tinggal di rumah layak huni dari hasil swadaya masyarakat sekitar. Dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya warga tersebut juga rutin mendapat bantuan dari Pemerintah Daerah," kata Lurah Tungkaran Pangeran, Abidin saat menyikapi pemberitaan tersebut di Batulicin, Senin (25/07/16).

    Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) Setda Tanbu, Ardiansyah, S.Sos. Berita itu dianggap terlalu berlebihan sehingga terkesan menyudutkan pihak Pemerintah Daerah yang seolah kurang peduli terhadap penderitaan masyarakat disekitarnya.

    Dalam informasi tersebut , Nenek Martun di kabarnya hidup seorang diri yang hanya mampu mengkonsumsi daun singkong dan mencari sayuran liar lainnya untuk dijual ke pasar guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Informasi itu diperoleh awak media bersangkutan melalui salah- satu lembaga atau organisasi yang ada di Tanbu.

    Kondisi ini pun sempat mengundang perhatian serius Pemerintah Daerah melalui instansi terkait memberikan bantuan berupa sembako, uang dan obatan kepada Nenek Martun yang tinggal dilingkungan komplek sekolahan SDN 3 Tungkaran Pangeran, Kecamatan Simpang Empat tersebut.

    Bahkan, beberapa hari kemarin, tepatnya Sabtu, (23/07/16) secara pribadi Bupati Tanbu, Mardani H  Maming melalui Kepala Bagian Kesra, Hj Nooryana bersama jajaran instansi yang lain juga memberikan jenis bantuan yang sama kepada Nenek Martun.

    Namun ironisnya, sejumlah tetangga Nenek Martun takut mendapatkan fitnah dari masyarakat atas datangnya bantuan tersebut. Mereka khawatir selama ini juga dianggap tidak pernah peduli dengan kondisi Nenek Martun yang di kabarkan di media sangat memprihatinkan tersebut.

    Nenek Martun yang awalnya dikabarkan hidup sebatang kara di luar perkampungan, jauh hari sebelum berita itu beredar sudah dibuatkan tempat tinggal yang layak oleh pihak sekolah bersama masyarakat di lingkungan Perumahan Guru SDN 3 Tungkaran Pangeran.

    Dilingkungan tempat tinggalnya itu, Nenek Martun juga sudah memiliki Kartu Perlindungan Sosial (KPS) untuk mudah mendapatkan bantuan biaya hidup dari Pemerintah Daerah, dan hampir setiap hari dapat kesempatan untuk bertemu guru-guru dan wali murid yang kerap mengantarkan anaknya di sekolah tersebut.

    Merekapun tidak jarang memberikan sedikit uang dan sejumlah makanan kepada Nenek Martun. Bahkan menurut pengakuan tetangganya di sekolah itu, tidak jarang Nenek Martun justru memberikan bantuan tersebut baik yang sudah diterimanya dari orang-orang atau Pemerintah kepada anak tirinya yang tinggal di Kotabaru.

    Nenek Martun adalah janda yang sudah lama ditinggal mati oleh suaminya. Dari suaminya tersebut nenek Martun masih memiliki seorang anak tiri yang tinggal di wilayah Kabupaten Kotabaru.

    Keseharian nenek Martun memang mencari daun singkong dan sayuran liar lainnya untuk dijual dan sebagai tambahan lauk makan sehari-hari. Itupun dilakukan nenek Martun kalau kondisi badannya tidak terlalu capek atau sekedar untuk menjalani rutunitas yang sudah menjadi kebiasaanya sehari-hari.

    "Pemerintah Daerah sudah menawari Nenek Martun untuk tinggal di panti jompo. Bahkan informasinya, Kepala Sekolah SDN 3 Tungkaran Pangeran juga pernah menawari Nenek Martun untuk tinggal menetap dirumahnya, tapi beliau tidak mau karena merasa enak dan bebas tinggal di rumah sendiri," katanya.

    Ardiansyah berharap, beredarnya berita tentang Nenek Martun menjadi pelajaran berharga bagi setiap awak media. "Sebelum menerbitkan berita, penggalian data dan informasinya saat dilapangan harus lebih mendalam, baik dari sisi nara sumber yang bersangkutan maupun kondisi sosial di sekitarnya. Sehingga berita itu bisa dipertanggung jawabkan, baik kepada Pemerintah maupun masyarakat," tegas Ardiansyah. (MN/hum)











    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Silakan berkomentar tapi jangan bernuansa SARA.

    Beranda