Bang Dhin Sarankan ASI Eksklusif Cegah Stunting - BIDIK KALSEL

  • Membidik ke Segala Arah

    ©Bidik Kalsel

    Website Ini Telah Dilihat 12,97 Juta Kali

    Selasa, 14 Juni 2022

    Bang Dhin Sarankan ASI Eksklusif Cegah Stunting

    Banjarmasin -
    Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. 

    Kalimantan Selatan (Kalsel) menempati urutan ke-6 kasus stunting tertinggi di Indonesia dengan angka 30 poin. Enam kabupaten dengan angka stunting lebih tinggi dari rata–rata provinsi, yaitu Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kabupaten Balangan, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kabupaten Tapin dan Kabupaten Banjar.

    Bang Dhin, sapaan akrab Muhammad Syaripuddin yang merupakan Wakil Ketua DPRD Prov. Kalsel prihatin dengan hal ini. Keprihatinan tersebut semakin besar karena belum kuatnya persamaan persepsi terkait penanggulangan stunting di Kalsel.

    "Pemerintah Kalsel berencana memberikan susu formula sebagai tambahan asupan gizi, saya berharapnya itu harus tepat sasaran, umur berapa yang dikasih? harus diawasi benar-benar. Libatkan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)".

    Merunut apa yang disampaikan Bang Dhin, pakar Gizi dan Nutrisi, Prof Soekirman SKM, MPS-ID, Ph.D mengemukakan bahwa pemberian susu formula pada anak-anak bukanlah solusi tepat mengatasi stunting yang tengah menjerat Indonesia terhadap pertumbuhan baik dan sehat bagi generasinya. Pemberian susu formula bahkan menjadi salah satu penghambat masyarakat memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada anaknya. Padahal ASI adalah nutrisi terbaik yang sangat dibutuhkan oleh anak.

    "Saya lebih kearah bagaimana menggalakkan pemberian ASI ekslusif untuk bayi, selain murah meriah ASI adalah nutrisi paling hebat ciptaan Allah. Jangan dikira yang kena stunting itu asalah orang dari ekonomi miskin saja, orang berkecukupanpun anaknya bisa kena stunting. Kenapa? ini berkaitan dengan pola asuh dan budaya memberi ASI" tutur Politisi asal Tanah Bumbu ini. 

    Jika dikaitkan dengan rekomendasi WHO dan UNICEF, bahwa pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif  harus dilakukan sampai bayi berumur enam bulan. ASI ekslusif artinya bayi tidak mendapat asupan lainnya selain ASI. Masih menurut WHO, risiko stunting ini dapat meningkat jika bayi menerima makanan pendamping ASI, atau melepas ASI eksklusif terlalu dini. Saat bayi mulai dikenalkan dengan makanan sebelum usia enam bulan,akan membuat bayi lebih tertarik dengan makanan tersebut dibandingkan ASI.  Akibatnya, bayi kehilangan nutrisi penting yang terdapat pada ASI sehingga pertumbuhannya jadi terhambat.

    "Bagaimana caranya agar pemberian ASI eksklusif dapat berjalan? Inilah gunanya posyandu yang sudah ada sejak 70 tahunan lalu. Aktifkan kembali Posyandu-Posyandu yang mati suri. Atau kalau cakupannya terlalu luas bisa dilakukan pengkaderan" pungkas Bang Dhin. (Rel)

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Silakan berkomentar tapi jangan bernuansa SARA.

    Beranda